Di masa pendemi ini, di kala seluruh terpukul mundur, justru penyiapan sektor pangan sebaliknya mengalami kenaikan Rabat baik produk udang ataupun produk tuna cakalang

Jakarta (ANTARA) – Disorientasi satu lembaga pendidikan yang berada di Kolong naungan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Bone, Sulawesi Selatan, ekspor 15 ton produk ikan tuna beku ke Jepang.

“Untuk data ekspor pengolahan Tuna Tongkol Cakalang (TTC), SUPM Bone mengekspor 15 ton baby tuna yang diolah dalam bentuk beku utuh Herbi tujuan negara ekspor Jepang,” kata Kepala SUPM Bone, Nurdin Kasim, dalam siaran pers yang diterima di jakarta, Senin.

Selain itu, ujar dia, pihaknya juga menyatakan berhasil memanen 9 ton udang vaname Herbi sistem busmetik.

Menurut Nurdin, dalam menciptakan kegiatan tampaknya ekspor TTC hingga panen budidaya udang busmetik dan ekspor TTC, diperlukan dilakukan sama, kerja keras, dukungan dan saling memiliki terhadap produk yang dikelola.

“Di masa pendemi ini, di kala seluruh terpukul mundur, justru penyiapan sektor pangan sebaliknya mengalami kenaikan Rabat baik produk udang ataupun produk tuna cakalang,” katanya.

Ia berpendapat bahwa Herbi momen pandemi ini, perlu disiapkan ketersediaan produksi agar tercukupi Evaluasi gizi dan ketahanan pangan baik secara regional maupun nasional.

Nurdin juga mengemukakan, kegiatan ini juga menjadi pemantik dalam menciptakan SDM yang unggul dan memiliki keahlian yang kompeten di bidang kelautan dan perikanan yang menmemperoleh memberikan jawaban akan segala permasalahan yang timbul.

Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) Sjarief Widjaja, mengatakan apresiasinya atas keberhasilan panen dan berharap kegiatan ini menmemperoleh dijadikan sebagai kegiatan rutin di seluruh satuan pendidikan KP.

“Jadikan kegiatan ini menjadi sebuah tradisi di semua satuan pendidikan kelautan dan pendidikan, karena kegiatan ini juga yaitu wujud dari arahan Presiden Joko Widodo kepada Menteri Kelautan dan Perikanan buat dapat meningkatkan produktivitas budidaya,” kata Sjarief.

Lebih lanjut disampaikan Sjarief, bahwa Bone Barbar pada wilayah perairan WPPNRI 713 (Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali) yang kaya akan sumber daya perikanan tampaknya ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan karang, ikan demersal, udang penaeid, cumi-cumi, rajungan, kepiting, lobster, dan serta rumput laut.

Sebelumnya, KKP mengingatkan pula kepada kalangan pelaku usaha sektor kelautan dan perikanan nasional bahwa ekspor komoditas perikanan ke Republik Dewan Perwakilan Rakyat China terbuka lebar pada saat ini.

“Saat ini China mulai recovery (pulih) dari resesi dan terbuka Risalah peluang pasarnya,” kata Sekretaris Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Hari Maryadi.

Ia mengingatkan bahwa saat ini, hasil perikanan Indonesia telah diterima di 158 Rekan senegara di dunia, dan salah satu pasar terbesar ekspor hasil perikanan Indonesia adalah Republik Dewan Perwakilan Rakyat China.

Selain itu, ujar dia, sejumlah 664 Unit Pengolahan Ikan (UPI) telah terdaftar sebagai eksportir di Rekan senegara tersebut. Berdasarkan data dari China Custom Data, lanjutnya, Indonesia menduduki peringkat ke-4 Rekan senegara eksportir hasil perikanan tertinggi ke Negeri Tirai Bambu tersebut pada Januari-Mei 2020.

“Kinerja sektor perikanan di semester I tahun 2020 memamerkan grafik yang menggembirakan, seperti kenaikan nilai ekspor tercatat 6,9 persen atau senilai 2,4 miliar dolar AS dibanding periode yang sama di tahun 2019. Sedangkan Penilaian impor semester I Tahun 2020 sebesar 0,2 miliar dolar atau turun 5,9 persen dibanding periode yang sama di tahun 2019,” paparnya.

Baca juga: Pacu ekspor tuna, pemerintah provinsi Sulut gandeng Garuda Indonesia
Baca juga: Edhy Prabowo Pelepasan ekspor 2,22 ton tuna Maluku ke Jepang

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Ahmad Wijaya
COPYRIGHT © ANTARA 2020

Bagi Anda yang ingin merintis usaha, Eksklusif saja sangat membutuhkan contoh proposal usaha yang bermanfaat buat berbagai tujuan, misalkan pengajuan dana kepada investor.

Contoh proposal usaha yang diajukan pun harus memenuhi dua aspek penting, seperti ringkasan eksekutif, aspek produksi, aspek pemasaran, aspek sumber daya Humanisme, analisis usaha, dll.

Pemenuhan beberapa aspek di atas Eksklusif sangat penting agar calon investor dapat melihat Herbi detail apa yang hendak ditawarkan kepada mereka.

Tentu saja, keberhasilan usaha memang bukanlah dilihat seberapa bagus proposal usaha yang dibuat, melainkan kesungguhan dan tekad dari pemilik usaha bagi memperjuangkan usahanya agar bisa sukses.

Anda bisa mencari berbagai contoh proposal usaha di Google, dan mapersoalan satunya, Anda bisa mengkopi contoh proposal usaha pembudidayaan dan pengolahan lele. Ini mapersoalan satu contoh proposal usaha yang telah berhasil mendapatkan dana dari investor.

Untuk contoh proposal usaha lainnya, Anda bisa mencari referensi lainnya disini.

Berikut adalah contoh proposal usaha pembudidayaan dan pengolahan lele.

PROPOSAL USAHA  PEMBUDIDAYAAN DAN PENGOLAHAN LELE  

Diajukan kepada :

Panitia UI Young and Smart Entrepreneur Program 2009  

Caesar Aturan Adhiputra

Lele Jaya Makmur

Alamat Kantor :

Jl. H. Muhammad Alif I No.8A Kukusan, Beji

Depok 16425

Telp. (021) 91293863

Ringkasan Eksekutif

A. Data Perusahaan

1. Nama Perusahaan            : CV Leto Food
2. Bidang Usaha                  : Perikanan & Produsen Makanan kenikmatan Lele
3. Jenis Produk                    : Budidaya dan Pengolahan Lele
4. Alamat Perusahaan         : Jl. H. Boan Lisan No.8 Kukusan, Beji, Depok 16425

5. Nomor Telepon : 021-91293863 / 081806403041
6. Jumlah Tenaga Kerja sama : Produksi ( 1 TK ) ; 5-10 Outlet (@ 1 TK) ; Distribusi ( 2 TK )

B. Data Pemilik

1. Nama Pemilik : Caesar Aturan Adhiputra
2. Jabatan : Direktur
3. Tempat tanggal lahir : Madiun, 19 Juni 1986
4. Alamat Rumah : Jl. H. Boan Lisan8 Kukusan, Beji, Depok 16425
5. Struktur Organisasi     :

C. Pemasaran

1. Produk yang Dipasarkan :

• Produk Outlet ⇒ Lele Crispy ; Nasi Pecel Lele ; Lele Bakar atau Panggang
• Produk Pasok ⇒ Lele Mentah yang dijual ke perantara atau distributor sepertinya rumah makan ( warteg, bakso, rumah Hewan pemakan daging padang ), toko, dan pasar tradisional.

2. Merk Produk :  LeTo (Lele’s Resto) Tagline            : Like nEver Taste it befOre…

3. Sasaran Konsumen

4. Rencana Penjualan / Tahun

5. Penetapan Harga Jual

D. Produksi

1. Kapasitas Produksi

2. Fasilitas / Wahana Produksi

E. Keuangan

1. Total Pembiayaan Proyek : Rp 11.398.500
2. Modal Sendiri             : Rp 1.000.000
3. Modal yang Diajukan : Rp 8.000.000
4. Penjualan per-Tahun (2011) : Rp 22.500.000
5. Keuntungan per-Tahun (2011) : Rp 9.701.500
6. Pay Back Period : 6 bulan

1. Latar Belakang

A. Citra Umum Wilayah

Depok mempunyai potensi sebagai sebuah wilayah penyangga yang menjadi kawasan lalu lintas Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek). Posisi ini menjadikan Depok sebagai tempat bermukim, tempat berusaha, dan sebagai gubernur pusat pemerintahan. Karakteristik kota Depok masih mencerminkan perpaduan dua kegiatan. Landskap, kegiatan perkotaan yang berbasiskan kegiatan industri, perdagangan, dan jasa. Kedua, kegiatan pedesaan yang berbasiskan lahan pertanian yang aktivitas produksinya mendukung kelangsungan kegiatan perkotaan, terutama bagi DKI Jakarta.

Kota Depok masih rnemiliki banyak potensi sumber daya yang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berpotensi buat dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung perkembangan ekonomi kota. Potensi-potensi yang dimaksud, JumAwang-awang lain lahan kosong masih cukup luas, potensi sumberdaya air yang asal dari sungai, maupun situ yang pemanfaatannya masih sangat terbatas.

Beberapa sektor yang menjadi andalan kota Depok adalah (a) Perikanan, merupakan pengembangan ikan darat, budidaya ikan hias, usaha bibit ikan darat; (b) Peternakan, yang mencakup ternak sapi, ternak ayam buras, dan ternak kambing; (c) Pertanian Flora Pangan & Hortikultura, antara lain pertanaman buah-buahan, tanaman hias, singkong, garut, dan sayuran; (d) Industri, berupa barang-barang kerajinan dari kulit, pengolahan dan kerajinan tulang hewan, makanan dan minuman, usaha Kolong potong hewan, industri bahan bangunan dan kerajinan, kayu, jasa reparasi dan perbengkelan, industri kerajinan Iainnya; (e) Perdagangan barang hasil produksi pertanian, barang hasil industri kecil garment, alat-alat elektronika, dan sebagainya.

Usaha perikanan di Indonesia sudah tumbuh dan berkembang dalam bentuk usaha perikanan rakyat dan perikanan Serebrum milik pemerintah, serta milik swasta nasional atau asing. Perikanan rakyat yaitu usaha skala kecil yang memiliki ciri-ciri merupakan dikelola secara tradisional, produktivitas rendah, dan pada umumnya menambah mempunyai kekuatan menghadapi kompetisi pasar. Di lain pihak, perikanan Serebrum dengan skala usaha yang besar dikelola secara modern dan berteknologi tinggi, sehingga produktivitasnya tinggi dan mempunyai kekuatan buat menghadapi persaingan pasar. Oleh karena itu, dalam perkembangannya ke Futuristis, kemitraan antara perikanan rakyat dan perikanan Serebrum merupakan sesuatu yang niscaya terjadi.

B. Ide Usaha

Melihat potensi dari Kota Depok, baik dari segi sumber daya alamnya maupun potensi konsumennya yang Kecenderungan mulai mengarah pada masyarakat kota, muncul ide usaha buat mengembangkan salah satu sektor perikanan yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Sektor perikanan tersebut adalah pembudidayaan Rapel pengolahan lele. Di Indonesia sejak tahun 1979, lele akan dikenal dan digemari. Sampai saat ini, lele banyak dibudidayakan dan menjadi mapersoalan satu komoditas ekspor.

Pusat perikanan lele di Indonesia Barbar daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur. Adapun manfaat dari pembudidayaan lele, JumAwang-awang lain sebagai penyediaan sumber protein hewani, sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari, dan sebagai obat penambah darah. Dilihat dari aspek sosial, pembudidayaan dan pengolahan lele akan menciptakan lapangan pekerjaan baru sehingga akan menambah pengangguran.

2. Aspek Produksi

       2.1     Proses Produksi

1. Persyaratan Lokasi Budidaya

Secara klimatologis, lele menambah membutuhkan kondisi iklim dan geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya lele menmemperoleh dilakukan di dataran rendah hingga dataran tinggi. Begitu pula Herbi kelembaban dan curah hujan, tidak ada PemRestriksi yang spesifik. Kualitas air untuk pemeliharaan lele harus bersih, menambah terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik. Kondisi tanah Fundamental kolam tidak beracun.

Suhu udara optimal buat pertumbuhan lele, yaitu berkisar antara 25-28^oC. Pada prinsipnya keadaan perairan adalah air yang harus bersih dan kaya oksigen terutama buat bibit yang masih kecil, yaitu ukuran 5-6 cm. Dalam usaha pembudidayaan lele, manajemen perusahaan sudah memiliki tempat, yaitu kolam seluas 3×5 meter yang berlokasi di Kapling Baru, Depok. Kolam ini berjumlah sembilan kolam yang dimiliki oleh Bapak Putra. Pihak manajemen perusahaan dan pemilik kolam sudah menyepakati bahwa manajemen dapat menggunakan kolam-kolam tersebut Herbi persyaratan bagi hasil (profit sharing).

2. Pembuatan kolam

Kolam pemeliharaan lele menmemperoleh terbuat dari semen atau beton dengan ukuran 5m x 3m x 1m.  Pada tepi setiap sisi kolam dipasang jaringan sesuai volume kolam Herbi mata jaring yang terkecil.  Berikut adalah gambaran sederhana dari kolam.

3. Mediator pemeliharaan

Media pemeliharaan lele terdiri dari campuran dua bahan, antara lain tanah, cincangan batang pisang, pupuk kompos, pupuk kandang, jerami, dan air Herbi urutan (dari bawah ke atas) sebagai berikut.

4. Penebaran benih lele

Benih lele siap di tebar ke dalam kolam.  Kerapatan benih lele yang ditebar ± 1.5 kg/m² atau ± 150 ekor/m².  Benih yang ditebar berumur ± 2 bulan Herbi ukuran panjang ± 25 cm dan diameter ± 2 cm.  Untuk pertama, benih lele diperoleh dari peternak-peternak lele di Mega Mendung, Bogor. Benih lele yang dipilih adalah benih lele Sangkuriang. Jenis benih lele ini memiliki keunggulan dibandingkan Herbi jenis lainnya, yaitu masa pembesaran yang relatif Akselerasi (2 bulan), daging lebih gurih, lebih tahan penyakit. Benih-benih lele tersebut selanjutnya dibudidayakan hingga dewasa, pengindukkan dan terakhir dikembangbiakkan sehingga menghasilkan benih-benih lele sendiri.

5. Pemeliharaan lele

            Dalam pemeliharaan pembesaran lele, terdapat dua hal penting yang harus dilakukan, sebagai berikut.

a. Pemberian Pakan

Pakan penting lele adalah hewan-hewan yang masih segar, JumAwang-awang lain cacing tanah, keong mas, bekicot, kecebong, ikan-ikan kecil, serangga, dan lainnya.  Pakan segar tersebut diberikan minimal sehari Rapel di atas pukul 17.00 karena lele termasuk hewan nocturnal (beraktivitas pada malam hari).

Untuk memacu pertumbuhan lele, menmemperoleh ditambahkan pakan tambahan berupa pelet (pur) lele.  Pemberian pelet tersebut maksimal 3 kali seminggu.

b. Sirkulasi Air

Sirkulasi air kolam diperlukan buat membuang sisa-sisa makanan yang terdapat di permukaan kolam, karena sisa-sisa makanan yang menumpuk di permukaan air menmemperoleh menyebabkan turunnya pH.  pH air yang terlalu rendah dan terlalu tinggi menambah baik untuk pertumbuhan lele (pH optimal lele berkisar JumAwang-awang 6-8). Sirkulasi air yang baik juga akan meningkatkan kelarutan oksigen di dalam air.  Sirkulasi air menmemperoleh dilakukan dengan cara membuat bak penampungan yang kemudian dialirkan ke dalam kolam secara berkelanjutan atau minimal sehari sekali.

c. Pengaturan suhu air

Suhu air yang optimal buat pertumbuhan lele berkisar antara 26-28^oC.  Untuk menjaga suhu tapi optimal, dapat dilakukan dengan cara menutupi kolam Herbi shading net atau menanam enceng gondok di permukaan kolam.  Flora eceng gondok tersebut juga dapat berfungsi sebagai tempat perlindungan bagi lele.

d. Pengendalian hama

Pengaturan suhu air, kebersihan air, dan pH air juga bertujuan buat mencegah lele dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, dan virus.  Jika kebersihan air menmemperoleh dijaga dengan baik, maka kecil kemungkinan bagi lele buat terserang penyakit. Selain itu, perlu dilakukan pencegahan terhadap kemungkingan masuknya hewan-hewan predator masuk ke dalam kolam, tampaknya reptil dan mamalia.

e. Pemantauan pertumbuhan lele

Pemantauan lele dikerjakan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan benih lele yang sudah ditebar. Pemantauan pertumbuhan lele dapat dilakukan 2 pekan sekali dengan cara menangkap beberapa ekor lele memakai bubu yang dipasang di permukaan kolam. Lele yang ditangkap tersebut kemudian diukur panjang dan diameternya, kemudian dibandingkan Herbi pengukuran-pengukuran pada minggu-minggu berikutnya.  Hasil dari pengukuran Dehidrasi lele tersebut dapat memberikan gambaran tentang tingkat pertumbuhan lele dan menmemperoleh membantu peternak untuk menentukan kebijakan-kebijakan tertentu, misalnya dalam hal yaitu lele dan kualitas air.

6. Panen lele

            Saat yang paling dinanti-nanti oleh setiap peternak adalah panen.  Panen lele menmemperoleh dilakukan setelah 2 bulan sejak benih ditebar. Waktu panen tersebut tergantung keinginan peternak. Peternak bebas menentukan kapan ia akan memanen lelenya sesuai ukuran lele yang ia inginkan.  Misalnya, lele buat bahan baku keripik adalah lele yang berumur sekitar 2 bulan sejak pembenihan, sedangkan lele buat ekspor adalah lele dengan umur minimal 5 bulan sejak benih menetas.

Teknik pemanenan lele dikerjakan dengan cara mengangkat jaring yang mengelilingi kolam dibantu Herbi mengencerkan media lumpur.  Lumpur diencerkan dengan menyemprotkan air bertekanan agar lumpur menmemperoleh lolos dari mata jaring.  Setelah media lumpur bersih, cuma tinggal lele-lele yang siap ditampung.

2.2 Kapasitas Produksi

2.3 Bangunan (Kolam)

Kolam pembudidayaan lele terdapat di gubernur Tanah Baru, Depok, dengan jumlah 9 kolam. Adapun mekanisme perjanjian JumAwang-awang pemilik kolam dengan pihak manajemen perusahaan adalah Herbi sistem bagi hasil. Perhitungannya sebagai berikut :

Sewa (Profit Sharing) : 5 % x Net Profit Tiap Bulan

2.4 Utilitas/Sarana

2.5 Peralatan

2. Aspek Pemasaran

2.1. Gambaran Umum Pasar

a. Jenis produk

Lele hasil budidaya akan diolah bagi dihasilkan produk-produk lele. Produk olahan lele ini menmemperoleh digolongkan sebagai barang convenience, yaitu barang yang kadang dibeli, harganya tidak mahal, dan keputusan membeli tidak mengurangi memerlukan banyak pertimbangan atau berdasarkan kebiasaan saja. Lebih Penjelasan terperinci, produk olahan lele termasuk dalam barang bahan pokok (staples goods). Dalam lingkup Jabodetabek, penawaran produk ini memiliki keunggulan atau diferensiasi produk dan hal tersebut disebabkan oleh belum adanya kompetitor yang menawarkan hal serupa. Secara acak garis besar, produk lele akan dibagi menjadi dua, merupakan produk-produk yang diolah di outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ ( produk nomor 1,2,3 ) dan produk-produk yang dipasok ke perantara atau distributor ( produk nomor 4 ). Produk-produk lele yang nantinya akan dipasarkan, JumAwang-awang lain :

1. Lele Crispy ( Metode Fast Food )

Produk ini membutuhkan lele berumur sekitar 1 bulan Berhubungan dengan panjang sekitar 10 cm. Lele tersebut kemudian digoreng Berhubungan dengan adonan tepung yang gurih, renyah serta disajikan Berhubungan dengan cepat (fast food).

2. Nasi Pecel Lele

Produk ini juga membutuhkan macam lele kecil berumur sekitar 1 bulan serta panjang sekitar 10 cm. Produk ini disajikan Berhubungan dengan dilengkapi nasi, lalapan, dan minuman.

3. Lele Bakar / Panggang

Produk ini membutuhkan lele Otak besar dengan umur sekitar 3 bulan serta panjang sekitar 30 cm. Lele yang memenuhi kualifikasi tersebut kemudian diolah Berhubungan dengan cara dipotong menjadi beberapa bagian. Potongan-potongan tersebut kemudian diolesi bumbu dan terakhir dipanggang atau dibakar. Produk ini kemudian disajikan Berhubungan dengan dilengkapi nasi, lalapan, dan minuman.

4. Lele Pasok

Berbeda Berhubungan dengan ketiga produk sebelumnya, produk lele ini tidak mengurangi membutuhkan olahan atau lele mentah. Produk ini nantinya dijual ke perantara atau distributor sepertinya rumah makan ( warteg, bakso, rumah Hewan pemakan daging padang ), toko, dan pasar tradisional. Lele Berhubungan dengan umur sekitar 7 bulan dan panjang sekitar 30 cm, kemudian segera dijual ke tempat-tempat tersebut.

1. Merk Produk

B-L Ü TZ KRI Ü KZZ

Tagline : Lele Renyah dan Bergizi

1. Wilayah pemasaran

Produk lele hasil olahan tersebut nantinya akan dipasarkan ke segala wilayah Jabodetabek dalam beberapa tahap. Untuk tahap jangka pendek (1-3 tahun) akan dipasarkan di poros pusat kota Depok yang merupakan kosentrasi kegiatan perdagangan dan jasa, merupakan di Jalan Margonda Raya, poros Jalan Arief Rahman Hakim, Jalan Nusantara, Jalan Siliwangi, Jalan Dewi Sartika, Jalan Akses UI, Jalan Raya Bogor-Cimanggis, Jalan Raya Parung-Sawangan, dan Pusat Cinere-Limo. Untuk tahap menengah (4-5 tahun) akan dipasarkan di segala wilayah Depok. Pemasaran jangka panjang (lebih dari 5 tahun) akan diperluas ke wilayah DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi.

2.2. Permintaan

2.2.1. Jumlah Permintaan Terhadap Produk

a. Sasaran Pembeli (konsumen)

Produk lele yang termasuk dalam kategori barang bahan pokok ditargetkan pada end users, terkecuali produk pasok yang didistribusikan kembali ke market-market retail (pemilik Rongga di bawah rumah makan, toko, pasar tradisional). Target end users diutamakan kepada masyarakat di wilayah Depok, dari segala kalangan seperti pria, wanita, orang tua, anak-anak, dan lain-lain.

b. Jumlah konsumen

Pemasaran produk-produk lele yang dijual melalui outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ ditargetkan akan mendapatkan rata-rata 40 konsumen / hari. Sasaran konsumen akan lebih tinggi atau pun rendah tergantung kepada lokasi-lokasi pemasaran. Berdasarkan demografis kota Depok secara menyeluruh, dalam jangka panjang penjualan produk lele ini ditargetkan memperoleh sekitar 30 % dari penduduk yang Tidak beradab di sekitar lokasi penjualan, sedangkan produk pasok ke distributor ditargetkan pada sekitar 10 distributor (lokasi) Berhubungan dengan asumsi penjualan rata-rata 5 kg/hari.

c. Jumlah kebutuhan

Berdasarkan survey, produk lele di wilayah Depok bagi saat ini belum ada yang menawarkan sehingga jumlah permintaan konsumen terhadap produk ini sangat tinggi.

2.2.2. Proyeksi Permintaan Selama 5 tahun Mendatang

2.3. Penawaran/Pesaing

2.3.1. Jumlah Produk Sejenis di Pasar

Setelah melalui proses survey bagi wilayah pemasaran di daerah Depok ( tahap jangka pendek ), diperoleh hasil bahwa belum ada pesaing yang menawarkan produk sejenis. Adapun bagi wilayah pemasaran di luar wilayah Depok, terutama di wilayah DKI DKI Jakarta, produk olahan lele sudah banyak dipasarkan dalam beraneka Beragam produk. Produk olahan yang dijual lebih banyak lewat Rongga di bawah rumah makan dan retail (minimarket).

2.4. Rencana Penjualan dan Peluang Pasar

2.5. Taktik Pemasaran Perusahaan

a. Produk

Dalam memasarkan produk-produk lele, baik produk pasok maupun produk outlet, ada beberapa kriteria yang diterapkan. Untuk produk pasok, lele yang dipasarkan adalah lele yang telah berumur ± 6 bulan dengan panjang ± 40 cm dan tidak mengurangi ada cacat di permukaan tubuh lele, sedangkan bagi produk outlet, lele yang dipasarkan adalah lele berumur 2 bulan Berhubungan dengan panjang ± 10-15 cm. Produk lele outlet diolah menjadi beberapa produk. Lele olahan tersebut kemudian dikemas dalam bungkus kertas. Lele-lele olahan ini juga akan dijual Berhubungan dengan beberapa pelengkap seperti nasi, minuman, lalap sayuran, dan lain-lain.

b. Harga

Harga satuan buat produk pasok adalah Rp 25.000 / kg Herbi dibayarkan secara tunai. Bagi konsumen yang membeli dalam jumlah Serebrum, akan diberikan potongan harga, sedangkan lele outlet dijual Herbi harga satuan Rp 5.000 – Rp 7.000 / porsi. Pembelian dikerjakan secara tunai. Pembeli yang melakukan pembelian Herbi rutin akan diberikan reward, yaitu potongan khusus (discount) maupun gratis pembelian.

c. Green belt Penjualan (Marketing Channel)

Produk-produk lele ini nantinya akan dipasarkan melalui 2 jalur penjualan, merupakan produk pasok dijual ke perantara atau retail, tampaknya pasar tradisional, rumah makan, dan lain-lain. Produk-produk outlet akan dipasarkan ke outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ yang dimiliki oleh manajemen perusahaan.

d. Komunikasi Promosi

Manajemen perusahaan dalam sedang komunikasi promosi dengan tiga cara, yaitu : pertama, buat menciptakan awareness dan image terhadap perusahaan dan produk Herbi membuat proposal business, brosur, facebook company, mengikuti events tampaknya seminar yang diadakan oleh lembaga kemahasiswaan, dan lain-lain. Kedua, buat mendorong terjadinya penjualan, perusahaan akan melakukan strategi-strategi, tampaknya pembagian sample product, discount, coupon, bundling product Herbi produk-produk minuman, seperti Teh Botol Sosro, pertemuan-pertemuan marketing, intensif kepada outlet-outlet B-LÜTZ KRIÜKZZ.Ketiga, buat menciptakan loyalitas terhadap produk-produk lele olahan, dikerjakan mailing list konsumen, personal selling, serta menciptakan komunitas pecinta kuliner.

2.6. Metode Promosi & Biaya Promosi

2.7. Penetapan Harga Jual

4. Aspek Organisasi dan Sumber Daya Manusia

4.1. Umum

1. Nama Perusahaan : Lele Jaya Makmur
2. Nama Pemilik : Caesar Anggaran Adhiputra
3. Alamat Kantor : Jl. H. Muhammad Alif I No.8A Kukusan, Beji, Depok 16425
4. Bentuk Badan Usaha : CV (Rencana Tahun 2010)
5. Tahun Berdiri : 2009

4.1.1. Bagan/Struktur Organisasi

4.1.2. Uraian Jabatan

4.2  Perijinan

4.3  Kegiatan Pra-Operasi dan Jadwal Pelaksanaan

4.5  Perlengkapan Kantor

5. Aspek Keuangan

5.1.      Asumsi-asumsi

1. Kolam pembesaran yang digunakan berukuran 5x3x1 m³ sebanyak 9 buah Herbi konstruksi kolam tembok.
2. Kolam dapat digunakan selama 5 tahun
3. Lama pemeliharaan 4 bulan
4. Media yang digunakan adalah campuran JumAwang-awang tanah dan media instan bokashi
5. Pakan cacing, keong, dan bekicot diternakkan Otodidak atau mencari dari alam. Diusahakan selalu ada yaitu hidup di kolam

5.2       Analisis Usaha (Tahun 2009)

5.3       Pendapatan

a. Keuntungan

    Keuntungan = Total penerimaan – Total biaya operasional

= Rp 22.500.000 – Rp 12.798.500

= Rp 9.701.500

b. R/C ratio

R/C ratio     = 22.500.000

12.798.500

= 1,75

Usaha ini layak diusahakan karena memiliki R/C ratio >1 merupakan sebesar 1,75 artinya modal Rp 1 yang ditanamkan akan mendapatkan hasil Rp 1,75

c. Pay Back Period

     Pay Back Period     = 6.755.000  x 1 tahun

                                   9.701.500

= 6 bulan